I’m at this phase, dimana sudah merasa tidak perlu panjang cerita atau panjang kisah nyata. Kalau dirasa sudah tidak sejalan atau berbeda haluan, bisa kuputuskan untuk berputar arah tujuan. i won't explain anything.
February 19, 2024
I’m at this phase, dimana sudah merasa tidak perlu panjang cerita atau panjang kisah nyata. Kalau dirasa sudah tidak sejalan atau berbeda haluan, bisa kuputuskan untuk berputar arah tujuan. i won't explain anything.
February 7, 2023
kali ini, tanpaku
January 9, 2023
seperti memercikkan penawar pada bercak lamunanku, selalu kamu maknai semua tanda. tanpa memaksa waktu untuk selalu beriring, pun tak menjeratku dalam kesempurnaan ingin. aku mewarnaimu dengan beberapa krayon di kantongku, aku tak memerlukan satu kotak penuh untuk menghaturkan kagumku, kau adalah warna pasti yang aku tahu,ucapku.
melarungkan nafas dalam getaran bahasa mata, mengalirkan tawa dalam upacara kata-kata. kita adalah kita, yang sering bertanya, bagaimana semesta menggariskan temu dan sapa, menjadi hiruk pikuk kepala yang menyelami samudera rasa? aku yang tak seberapa jauh dari titik pandangmu, dulu. dan kamu yang membawa pertanda tak terbaca sekian lama. mungkin ini adalah hati yang tertunduk malu pada waktu yang tegak berdiri. Bagai teater mimpi yang enggan menutup layar usangnya yang penuh lubang, meski pertunjukan telah sampai pada tiupan terompet kerang di garis belakang.
aku adalah aku, yang begitu rancu dengan kepahitan senyum simpul dalam diam. dan kamu adalah kamu yang berwarna keemasan, membelai hening duduk bersila pada angan. kita, adalah bekal perjalanan menaiki kereta puisi yang ku rangkai dalam sepi. ku gadaikan malamku untuk berdoa, semoga tawa sampai demikian luap dan bahagia melimpah demikian ruah. terimakasih untuk rumitnya semesta, kita pun tak henti belajar menerka dan mengeja takdirnya.
June 23, 2022
June 25, 2019
Heart broken.
May 7, 2019
May 3, 2019
Patah & Terbelah
December 12, 2018
Perempuan
August 7, 2018
Semua untukmu
Bisa rasakan kuku panjangku menembus jauh ke pergelangan denyut nadimu? Sekarang coba, pakai bajuku. Bisa kau rasakan kain kasarnya di atas perutmu? Atau seratnya justru melukai punggungmu?
Oh! Aku rasa kau harus coba celanaku. Memang sudah tidak bagus lagi, tapi celana ini saksi. Lihat saja noda-nodanya yang masih wangi. Entah wangi darah atau minyak wangi. Aku menggigil kedinginan! Ditengah bongkahan es lembut seperti ini, apa yg aku lakukan dengan memberikan semua yg aku miliki padamu? Terkecuali sepasang sepatu tanpa warna ini yang masih memeluk kakiku. Tapi, aku pikir, aku berikan saja kepadamu lagi. Biar aku tak beralas kaki, aku masih bisa mencari yang baru lagi.
Nah! Ini yang aku tunggu, sekarang kau sudah menjadi aku! Ini benar-benar aku! Aku mengitarimu, berdecak kagum! Kau sudah memaki baju hitam dengan wangi parfum di bahunya. Itu wangiku! Kau sudah memakai celana yang umurnya melebihi umur cintaku pada kekasihku! Dan akhirnya kaupun memakai sepatu yang selalu ku pakai untuk menjalani hidup! Sekarang, berjalanlah ke depan, langkahkan kakimu menembus lorong-lorong itu, basahi sepatumu dengan genangan air sehabis hujan yang selalu ke ganggu di pinggir jalan. Apapun! Apapun yang penting jadilah aku! Aku berikan semua itu untukmu. Pergilah,aku selalu disini andai kau mencariku. Kalau-kalau satu hari, kau sudah tidak kuat lagi menjadi aku, atau kau tidak sanggup lagi berjalan dengan penuh luka disitu. Kembalilah. Saat kau kembali, kau lucuti semua milikku. Lalu, ku jamu kau dengan makan malam dirumahku. Bersama orang-orang yang sebelumnya mencoba berbicara lantang tentang hidupku. Kita akan berpesta tak kenal waktu, dan ceritakan disitu, bagaimana rasanya menjadi aku.
Oh pesta itu akan menjadi sunyi. Tak akan suara denting gelas maupun piring berbunyi. Rumahku akan selalu terbuka untukmu, untuk para serigala waktu yang menerkamku dari balik pintu. :)
Pergi
Aku hanya membawa apa yang aku cintai.
Jangan khawatir, aku tidak punya banyak ruang disini.
Sempit.Karena aku hanya mencintai satu kali.
Mungkin kamu tidak akan mengerti apa yang membuatku pergi melangkahkan kaki. Mungkin kamu akan menyumpah serapah bahwa aku ini perempuan tidak tahu diri. Ini salahku. Aku terlalu salah untuk selalu tetap tinggal dan menemuimu kembali. Aku yang tak pernah mengguyurmu dengan banjir badai kata hati yang sungguh terlalu lama aku makan sendiri. Seharusnya aku biarkan kamu menggigil dibawahnya tanpa henti.
Apalah yang mampu kamu mengerti dariku sayang? Aku hanya butiran pasir yang setiap hari kamu lalui. Oh sungguh terlalu tinggi, ku kira aku akan menjadi lamunan yang menari indah memupuk mimpimu berkali-kali. aku salah lagi-lagi.
Setelah aku pergi, mungkin kamu baru menyadari, tidak ada lagi yang terlalu banyak bicara menyuguhkan kebosanan untukmu setiap hari. Hanya akan ada sepi mengerak kering yang kamu basuh tiada henti. Lalu kamu menua,mengingat semua yang pernah kita miliki. Apakah saat itu semua ini sudah terlambat untuk kita perbaiki? Kamu yang memegang kunci. aku hanya perempuan yang terlalu takut memberi jawaban.
Kelak kalau air matamu mengering dan jalanmu terhenti, kamu tahu dimana menemukanku. Akan ku bangun istana dari butiran pasir yang selalu menemanimu tanpa kamu tau. Bercak darahku akan menjadi petunjukmu. Yah. Aku tak tahu kapan kembali. Mungkin nanti, setelah kamu tidak mengenaliku lagi. Tidak ada pesan,atau harapan apalagi beban yang kutitipkan. Kamu tidak membutuhkanku. Masihkah ingat namaku? Selamat tinggal. kamu.