September 15, 2012

Manajemen perasaan

26. Dulu saya pernah mengucap satu keinginan, saya ingin terbangun dari tidur tiba-tiba berusia dua puluh enam tahun. Well im here now. Memang ini bukan ulang tahun saya, ini sekedar kebingungan yang bertubi-tubi menghantui pikiran saya. Setua ini, saya masih menjadi manusia yang belum bisa mengendalikan emosi saya sendiri. Orang-orang memanggilnya manajemen perasaan. Beu, saya mungkin orang terkacau dibuatnya. Disaat saya marah, lidah saya kelu untuk mengatakan apa yang sebenarnya membuat saya marah. Instead of saying "nothing" or "im fine" justru saya terdiam. Dengan rahang yang menggeretak dan mata yang terpaku pada satu ujung yang tajam, saya tidak mampu berbicara. Yang ada di otak saya? Tabrakan demi tabrakan kalimat yang ingin saya atur sedemikian rupa supaya tidak menghujam jantung orang yang membuat saya marah. Shit just got real, why on earth saya mikirin perasaan orang itu? Mungkin karena berdasar pengalaman, kalo orang yang membuat saya marah itu justru berbalik marah karena kata-kata saya yang menyakitkan, justru saya luruh dan marah saya berangsur menghilang ingin meminta maaf karena saya berucap seperti itu. This is really shit.

Perjalanan saya menuju angka dua puluh enam ini tidak mudah! Tapi saya sedang belajar bersyukur bahkan mengucap "alhamdulillah" ketika saya susah,sakit,sedih. Saya ingin menantang pahit dengan rasa syukur. Sampai mana dia mampu menggerogoti manis yang saya simpan dibalik rongga hati.

1 comment:

gelembung-gelembung sabun!