August 26, 2017

Waktu yang terbelah

Ini tentang segala rasa yang tertunda. Waktu yang mempertemukan kita di keadaan berbeda. Tapi keindahanmu sama saja. Aku biarkan jiwaku terbang mengikuti tarian angin yang membawaku padamu.

Mendung sore itu membingkiskan badai dengan pita biru raksasa. Aku tau warna yang begitu kau suka,katamu. Kau menggiringku pada gerimis. Memberiku se gelas kopi panas, sesekali bau tanah ikut menyesap. Masih belum hilang rindu ku karena lamunanku selalu berawal drsitu. Darimu. Lelah yg berangsur pudar menjadi kagum diam-diam. Mengagumi gerimismu yang selalu mampu menggelar karpet merah panjang untuk banyak kenangan. Dinginmu yg juga terkadang menyedihkan. Menelusup ke relung-relung hati, mencari sisa ruang di sebelah kiri. Aku mengacuhkan derasmu pula kadang2. Aku tak suka keriuhan. Tetap saja kau selalu berhasil mencabik jantung ini berserakan. Berulang kali aku melakukan kesalahan, katanya kesalahan yg berulang itu adalah sebuah keputusan.

Aku terombang ambing dalam sekotak laut. Laut yang tidak akan pernah lepas. Lagi pula, aku begitu takut akan luasnya laut yang bebas. Kau memelukku diantara percikan ombak. Aku tak tahu berapa lama kau akan menetap sebelum kembali beranjak. Yang ku tahu hadirmu selalu membawa cerita, tentang kau yang berputar diatas aliran anak sungai, berlarian bebas menghalau badai, dan sesekali menyelinap diantara celah tanah yg terbelah. Ada juga cerita tentang masa lalu kita yang takkan pernah selesai berandai-andai. Kalau saja.. kemudian diam berkuasa.

Ini tulisan tentangmu. Yang cukup mengharu biru batinku sekian waktu. Kemana perginya kau selama ini? Aku tak perduli. Sayang, Bangunkan aku ketika matahari sudah terbenam, karena hanya malam yang menyampaikan hatimu ke dalam dekapan.

No comments:

Post a Comment

gelembung-gelembung sabun!