July 12, 2016

Pencuri waktu


Jika ada yang harus di salahkan atas semua rasa yang berterbangan di langit sore yang merah merona, mungkin adalah ketidaktahuan kita bahwa waktu memang tidak akan pernah mengembalikan semua. Dia akan terus dan terus berlari, mencuri segala potongan, yang terbiasa kita sebut dengan kehilangan. Sepanjang jalan, hanya sisa-sisa kecil yang bisa kita kumpulkan, lalu simpan dalam-dalam.

Memang, sesuatu akan terasa begitu dekat dan mengalir deras sampai tenggorokan tercekat juga, adalah ketika keberadaannya telah tiada. Menelusuri jalan itu,selalu menggandeng banyak tanda tanya, juga kebingungan yang tak kunjung reda. Bingkai-bingkai itu masih utuh. Warnanya pun tak pernah pudar atau melepuh. Mungkin kah kau sering kembali sambil berlari bersimbah peluh?

Yang terlihat banyak juga penyesalan berceceran, dan lupa pun membungkus berjuta kata yang pernah terucap. Ku kira sudah tidak ada, nyatanya ada putik bunga bertumbuh di sekitarnya, menandakan bahwa Tuhan masih menjaganya. Entah rasa syukur atau bukan yang harus aku katakan, karena berkali-kali aku kembali, semua tetap seperti ini. Atau aku harus mencari penghapus memori? Ternyata bukan itu yang aku ingini, banyak yang akan tetap tersimpan jauh di lubuk hati. Seperti ampas kopi kau seduh kembali, semua rasa ini akan selalu menjadi bekas mewangi yang tidak dapat kau cium lagi. Kapal sudah berlayar pergi, yang tersisa hanya kita yang menyesali, bagaimana dulu kita biarkan waktu menghempas memori, lalu menyelesaikan sulaman hati sendiri. Bentuknya memang tidak dapat ku kenakan lagi, tapi hanya ini yang aku miliki. Yang tersisa dari ingatan, hujan dan daun-daun yang berguguran, hanyalah putaran angin yang tak pernah-pernahnya siap memetik kenangan.

Ajaibnya, waktu selalu berhasil mengubah luka menjadi tawa, dan kecewa menjadi hal yang tidak apa. Mungkin karena kita juga semakin beranjak dewasa, banyak hal yang kembali kita tertawakan bersama. Itu  juga yang membuatku mencintai segelas kopi. Pahitnya yang selalu ku cari-cari lagi, merasuk ke dalam, memberi pelajaran yang tak ingin ku selesaikan. Andai bisa ku dengar terus-terusan, hanya itu lagu nostalgi yang akan aku mainkan. Mungkin suatu saat kita akan bertemu, tanpa memecah tatap yang berpendar. Ini hadiah terhebat yang pernah kau berikan, karena oleh-oleh dari sebuah pertemuan, adalah kenangan yang tak terelakan. Terimakasih :)

No comments:

Post a Comment

gelembung-gelembung sabun!