You can always come home.
selalu ada ruang untukmu disini. sekian banyak detak jantung yang memburu dan alirah darah yang mengadu, tak pernah ku buka lagi tempat ini. kuncinya entah dimana, mungkin tersimpan di antara kenangan yang berserakan.
aku pernah membencimu.
sudah ku sulut api untuk membakar bau yang kau tinggalkan. tapi ku urungkan niatku. belum sampai hati aku mengakhiri ingatan tentang bayangmu. sudah ku siramkan minyak tanah disitu,
tetap saja tak ada nyaliku membuang aromamu yang melingkar mengitari segala penjuru. masih sering aku membencimu. mencaci maki di balik bahumu. dengan gumaman berbisik agar kau tak tahu. aku memang pengecut. sudah lama ku tambahkan di nama belakangku. aku ingin berhenti memegangi lenganmu. aku ingin berhenti menghitung kedip matamu. aku ingin sekali tertidur tanpa berfikir sedang apa kau disitu. aku ingin mengakhirimu. tapi bagaimana caranya? sedangkan aku selalu menunggumu di depan halaman, menerka takdir, andai saja Tuhan arahkan kakimu menujuku. lagi.
lain kali, akan ku pugar tempat ini.
bukan hanya untuk menghapusmu. tapi ini untuk jalan panjang di hadapanku. semoga aku tidak melambatkan jalanku karena diam-diam aku masih ingin menunggumu. siapa tahu ada tawa itu yang selalu ku dengar, semakin mendekat lalu mendekap, dan tak lagi beranjak. lain kali, aku tidak akan mengharapkanmu. akan ku habiskan sisa hati yang ku simpan, ku bawa pergi dan tak kembali.
biar rata menjadi tanah, biar lebur berkeping hancur.
itu lain kali.
untuk kali ini, aku masih menyirami bunga yang pernah kau tanam.
semoga saja hari ini kau bermalam.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete