April 14, 2012

long lost post #2

6.23 PM

egoku sedang membuncah hebat!!

Hanya dengan satu juta zat kecil yang melingkar, aku sudah mampu membunuh satu rasa yang hidup jauh lebih tua dari ego yang baru saja lahir dengan selamat. Terimakasih. Kemudian aku berfikir, bagaimana aku bisa menjalani hidup bila keyakinanku selalu tak lebih dari puing-puing yang berserakan. Aku butuh keyakinan. Aku membutuhkan kepastian.

Aku tidak bisa membiarkan semua ini terjadi berlarut-larut begitu saja terjadi kemudian terjadi lagi dan lagi. Aku tidak bisa lagi menulis hal yang sama untuk kesekian kalinya lagi dan lagi. Pengulangan yang ku haramkan. Tapi, yang halalpun sudah ku tenggak mentah-mentah.

Aku duduk lagi di kursi tua ini. Kursi tua yang setia. Dia setia. Hanya dia. Bukan kamu. Cukup lama aku terdiam memayatkan gerak jariku yang sedang memuntahkan semua hasrat di rongga batin. Aku tak tau lagi harus menulis apa. Banyak. Mual. Muntahkan. Tapi apa? Air mata mengalir, otakpun mencair. Aku basah. Baru saja basah dengan semua kelakarku sendiri.

Ada marah yang menyudutkan senyumku. Kemudian membunuhnya. Kini ia telah mati. Ada pula sesak. Sesak yang menggeliat gesek perih nada-nada piluku. Sekarat. Utuh. Bahagiaku yang berserakan.

6:37 PM

February,3rd 2007

1 comment:

  1. "Ada marah yang menyudutkan senyumku. Kemudian membunuhnya. Kini ia telah mati. Ada pula sesak. Sesak yang menggeliat gesek perih nada-nada piluku. Sekarat. Utuh. Bahagiaku yang berserakan."

    Saya amat menyukai potongan diksi terakhir. Keren nih Put, ekpresi nulisnya kayak gimana yah? :)

    ReplyDelete

gelembung-gelembung sabun!