March 30, 2012

Pernah ga ngerasa jadi filter raksasa yang semaunya menyaring apapun yang mengalir dari otak? Lalu Filter-pun terlalu penuh dengan ampas. Ampas kejujuran yang harus di buang sayang. Tapi apa daya, karena kalau saya memutuskan untuk memberikan ampasnya, apa yang bisa mereka teguk? Apa yang bisa menghilangkan dahaga mereka sedangkan mereka tak hentinya mengais-ngais cerita?

Bukankah orang-orang yang duduk di kedai kopi,di bangku taman, di ruang tunggu,di pesta pernikahan, di sofa rumah yang cozy dengan secangkir rasa rindu yang mempertemukan mereka kembali,adalah mereka yang paling banyak menyaring ampas kehidupan mereka sendiri? Sampai sisa ampas mengerak di pinggir-pinggir alas kaki mereka. ampas kejujuran yang mereka sia-siakan. Terkadang, mereka begitu ingin menyapu bersih semua, untuk mereka simpan diam-diam di saku samping yang berenda,kalau-kalau suatu saat bisa mereka beri untuk cinta dalam hidupnya.


Hm,Saya? Hidup saya sebagian besar penuh dengan ampas yang mengering. Saya sering menemuinya dalam hening. Hanya saya dan orang-orang yg begitu saya cinta yang memegang kuncinya. Kalau saja suatu saat saya tiada, mereka bisa menjaga ini, ampas yang nantinya akan menumbuh semikan berjuta bunga matahari.

Untuk dunia, biar saja saya terus beri beribu cangkir fatamorgana. Terpanalah pada setiap teguknya. Ini yang selalu kalian minta. Lagipula, siapalah yang mau menyimpan ampas tidak berguna? makanya, biarkan tetap menjadi milik saya. :)

No comments:

Post a Comment

gelembung-gelembung sabun!