March 18, 2012

bluffing.


May i know? apa yang diperbuat kebanyakan orang ketika mereka terluka? me? im healing myself. :) well, saya tersenyum bukan karena saya bangga. tapi memang karena saya tidak pernah mempunyai pilihan yang lainnya. miris? mungkin saja. :)
healing myself itu saya anggap sebagai bagian dari kehidupan. dan saya tidak pernah pensiun atau mengundurkan diri dari pekerjaan itu. pekerjaan yang begitu melelahkan.

sayapun belum berfikir untuk membuka lowongan pekerjaan untuk ini. karena, logika saya yang sempit ini berfikir, tidak akan ada yang bisa menyembuhkan diri saya selain saya ini sang pemilik jiwa. am i wrong? bukankah kebahagiaan pun tidak bisa di gantungkan pada siapapun? kebahagiaan adalah janji dan tanggung jawab diri kita sendiri. siapa sih yang mampu menjanjikan kebahagiaan seterusnya? sederas apapun mereka menghujani kebahagiaan, tetap menjadi pilihan kita untuk berbahagia juga atau tidak. atau mungkin ada yang pernah bilang ; "aku janji bakal buat kamu bahagia." *yawning* nonsense. wake up!! kita sendirilah yang memegang kuncinya. kunci kebahagiaan. mereka itu hanya voicemail yang berulang kali mengucap hal yang sama. ngabis-ngabisin pulsa aja. tapi tetep, walaupun setiap manusia memegang kunci kebahagiaannya masing-masing, bukan berarti menutup mata dari kesedihan dan luka. hanya menyediakan pilihan untuk diri sendiri, yaitu memilih untuk berbahagia dan move on atau menyiksa hati dan terjebak di tempat yang sama. well, move on itu ga selamanya tentang putus-sambung kan? move on juga menjadi hak asasi yang kita bawa sejak lahir. semakin bertambah umur, kita semakin mengerti, ternyata move on tuh ga cuma sebatas ngelangkahin kaki dari kamar kita ke kamar adek, move on ga sekedar berusaha menerima kenyataan setelah lulus SMP, harus cari temen baru di SMA dan di bully sometimes sama kk kelas dan kangen banget sama temen-temen SMP tapi mau ga mau harus move on. and now, saat inilah yang dinamakan move on tingkat dewa. too damn high up there! this is it. suck it :)

balik lagi, jujur, saya belum percaya siapapun bisa membahagiakan saya. kebanyakan dari mereka memang punya pesawat pribadi yang mewah, jamuan yang istimewa, tapi ditengah ketinggian puluhan ribu meter, mereka meminta saya terjun. terjun bebas. mereka tidak menyediakan parasut. yaah, sampai detik ini saya belum sempat menanyakan tentang itu. saya anggap itu takdir yang memang harus saya jalani untuk membunuh waktu. oh, saya ini diam-diam sudah remuk redam. hanya saja, banyak puing-puing yang saya sapu diam-diam. maaf banyak isolasi dan tambal sulam dimana-mana, hanya ini yang saya punya .


saya yakin, pekerjaan saya untuk menyembuhkan diri saya sendiri ini akan menjadi pekerjaan abadi. and yes i'm damn good at this. kalo ga, gimana ceritanya saya masih bertahan
sampai detik ini setelah semua yang pernah saya lalui? senyum dan tawa saya yang lantang menunggunya disini. bersiap-siap menutupi apa-apa saja yang bisa saya kelabuhi. kecuali untuk beberapa orang yang mengerti, itu bukan senyum dan tawa saya yang akan saya bawa mati.



Hm. saya semakin mengerti, apa judul yang akan Tuhan beri untuk buku tebal kehidupan saya nanti. saya mulai melihat petunjuk dan mengumpulkan potongan. we'll see.

fake smile, come on. do your job.

No comments:

Post a Comment

gelembung-gelembung sabun!