saya bukannya tidak bahagia. demi Tuhan saya bahagia.
saya hanya berjalan tak berkehendak. ikuti kemana si kaki ingin.
saya bukannya pengidap autis, tapi memang ada sepertiga dari diri saya, yang lebih suka diam saja. dan sepertinya, mengidap autis sedang jamannya.saya bukannya pembohong, hanya terlalu sulit untuk membuktikan mana keinginan saya, mana tuntutan belaka. saya bukannya keterlaluan, saya hanya sangat menyukai kejujuran.
maafkan saya yang lancang. saya akan beranjak pergi, sebelum matahari terang benderang!
deep-deep blue sea.
you'll never know much about me.
REFLECTION
ReplyDeleteia memilih menyerahkan ingatannya kepada angin
tetapi angin terlalu cepat bekelebat
sampai ke celah rongga di bawah akar
kenangannya yang luas menjalar sampai jauh
melewati ujung-ujung nalar penghabisan
dan akhirnya
ia tetap saja menatap nanar
pada bayangannya sendiri yang selalu terlihat
lebih muda jika ia sedang gembira atau sebaliknya
lebih tua jika ia dirundung gulana tentang apa saja
dan karenanya ia tidak pernah percaya pada
ia yang sedang memperhatikan dirinya dari dalam kaca
yang mungkin tak punya ingatan karena ia hanya pantulan
dari tubuhnya yang terus-menerus menggugurkan dan
kehilangan kenangan yang semakin hanya menjadi
bayang-bayang
yang barangkali memang sudah terlupakan
-njith-
(dikutip dr karya seorang kawan, klau kmu juga suka berpuisi coba berkunjung kedunia maya kawanku ini www.negeriajaib.blogspot.com)